Jumat, 10 Juni 2016

Tes Alergi Pada Anak

Untuk mengetahui jenis alergi yang diderita anak-anak, sebaiknya dilakukan tes atau uji coba secara klinis. Berikut akan kita bahas tentang jenis tes untuk mengetahui alergi pada anak, tetapi sebelumnya dilakukan wawancara terlebih dahulu terhadap orang tua anak.
Jenis Tes Alergi Pada Anak-anak
Tes tusuk kulit (Skin Prick Test)Fungsinya: memeriksa alergi pada anak terhadap alergen yang dihirup ( seperti debu, tungau, serbuk bunga) dan alergen makanan (susu, udang, kepiting), hingga 33 jenis alergen atau lebih.
Prosedur:
  • syaratnya usia anak minimal 3 tahun, dan dalam keadaan sehat (tidak sedang panas dan lain-lain) serta ia tidak baru meminum obat yang mengandung antihistamin (anti-alergi) dalam 3–7 hari (tergantung jenis obatnya).
  • dilakukan di kulit lengan bawah sisi dalam kemudian kulit diberi alat khusus yang disebut ekstrak alergen yang diletakkan di atas kulit dengan cara diteteskan. Ekstrak alergen ini berupa bahan-bahan alami, misalnya berbagai jenis makanan, bahkan tepung sari.
  • karena dilakukan untuk anaka-anak, sehingga tidak menggunakan jarum suntik biasa tetapi menggunakan jarum khusus, sehingga tidak mengeluarkan darah atau luka, serta tidak menyakitkan
  • hasil tes ini dapat diketahui dalam waktu 15 menit
  • apabila positif alergi terhadap alergen tertentu, maka reaksi yang akan timbul adalah bentol merah yang gatal di kulit
  • dilakukan oleh dokter yang betul-betul ahli di bidang alergi-imunologi karena tehnik dan interpretasi (membaca hasil tes) lebih sulit dibanding tes lain
Tes kulit intrakutan
  • Fungsinya : untuk mengetahui alergi pada anak terhadap obat yang disuntikkan
Prosedur:
  • usia anak minimal 3 tahun
  • tes dilakukan di bagian kulit lengan bawah dengan cara menyuntikkan obat yang akan di tes di lapisan bawah kulit
  • hasil tes dapat dibaca setelah 15 menit
  • dinyatakan positif, maka reaksi yang muncul adalah timbul bentol, merah dan gatal.
Tes tempel (Patch Test)
Fungsinya: untuk mengetahui alergi pada anak, yang disebabkan oleh kontak terhadap bahan kimia, contohnya penyakit dermatitis atau eksim.
Prosedur:
  • syaratnya sama seperti dengan jenis tes sebelumnya, yaitu usia anak harus minimal 3 tahun
  • dua hari sebelum tes tempel (patch test), anak tidak boleh melakukan aktivitas yang menghasilkan keringat atau mandi.
  • karena tes akan dilakukan di daerah punggung (kulit punggung), maka punggung anak juga tidak diperbolehkan terkena gesekan dan harus bebas dari obat oles, krim atau salep
  • tes ini akan menempatkan bahan-bahan kimia dalam tempat khusus (finn chamber) lalu ditempelkan pada punggung anak
  • selama tes dilakukan yaitu 48 jam, anak tidak diperbolehkan terlalu aktif bergerak (berkeringat)
  • hasil tes bisa diketahui setelah 48 jam
  • apabila positif, anak alergi terhadap bahan kimia tertentu maka pada kulit punggung anak akan timbul bercak kemerahan atau melenting
Tes RAST (Radio Allergo Sorbent Test)
Fungsinya: untuk mengetahui alergi pada anak terhadap alergen hirup dan alergen makanan.
Prosedur:
  • tidak ada batasan usia anak, jadi anak usia berapa pun
  • tidak menggunakan obat-obatan
  • sampel serum darah anak akan diambil sebanyak 2 cc lalu diproses dengan mesin komputerisasi khusus
  • hasilnya dapat anda ketahui setelah 4 jam
Tes provokasi dan eliminasi makanan
Fungsinya: mengetahui alergi pada anak terhadap makanan tertentu.
Prosedur:
  • tidak ada batasan usia anak, jadi anak usia berapa pun
  • diagnosa alergi makanan dibuat berdasarkan diagnosis klinis, yaitu anamnesis atau riwayat penyakit anak dan pemeriksaan yang cermat tentang riwayat keluarga, riwayat pemberian makanan dan tanda serta gejala alergi makanan sejak kecil
  • menggunakan metode Provokasi Makanan Secara Buta (Double Blind Placebo Control Food Chalenge atau DBPCFC), yang merupakan standar baku. Namun karena cara DBPCFC ini rumit dan membutuhkan biaya serta waktu tidak sedikit, beberapa pusat layanan alergi anak melakukan modifikasi terhadap metode ini. Salah satunya, dengan melakukan “Eliminasi Provokasi Makanan Terbuka Sederhana”. Caranya: dalam diet sehari-hari, anak diwajibkan menghindari beberapa makanan penyebabalergi selama 2–3 minggu. Setelah itu, bila sudah tidak ada keluhan alergi, maka dilanjutkan dengan provokasi makanan yang dicurigai. Selanjutnya, dilakukan diet provokasi 1 bahan makanan dalam 1 minggu dan bila timbul gejala dicatat. Disebut sebagai penyebab alergi bila dalam 3 kali provokasi menimbulkan gejala. Tak perlu takut anak akan kekurangan gizi, karena selain eliminasi diet ini bersifat sementara, anak dapat diberi makanan pengganti yang ditiadakan tetapi masih memiliki kandungan nutrisi setara.
Tes provokasi obat
Fungsinya: mengetahui alergi pada anak terhadap obat yang diminum.
Prosedur:
  • tidak ada batasan usia anak, jadi anak usia berapa pun
  • metode yang digunakan adalah DBPC (Double Blind Placebo Control) atau uji samar ganda
  • pasien meminum obat dengan dosis dinaikkan secara bertahap, lalu ditunggu reaksinya dengan interval 15–30 menit.
  • dalam satu hari, hanya boleh satu macam obat yang dites. Bila perlu dilanjutkan dengan tes obat lain, jaraknya minimal satu minggu, bergantung dari jenis obatnya.

Manfaat Teh Hijau Untuk Kesehatan

Teh Hijau merupakan jenis teh populer di kalangan para wanita. Hal ini karena teh hijau mempunyai manfaat sebagai zat yang bisa menurunkan berat badan. Tidak salah memang. Akan tetapi perlu diketahui bahwa manfaat teh hijau untuk kesehatan tak hanya itu saja. Ada lagi yang lain. Apa saja manfaat teh hijau untuk kesehatan? Berikut ini adalah uraiannya.
1. Pencegah kanker. Hal ini karena pada teh hijau terkandung zat antioksidan. Zat antioksidan ini mampu menangkal radikal bebas penyebabkanker. Mengonsumsi teh hijau secara teratur bisa menurunkan risiko kanker sebesar 18%.
2. Membentuk jantung yang sehat. Hal ini karena teh hijau mampu menurunkan kolesterol darah dan membakar bentuk lemak jahat yang ada di dalam tubuh. Dengan begitu, jantung akan terhindar dari penyakit serangan jantung dan stroke.
3. Menjaga awet muda. Hal ini karena teh hijau mempunyai zat yang disebut sebagai katekin dan polifenol. Dua zat ini di dalam penelitian terbukti sebagai antioksidan yang mencegah peradangan tubuh dan menjaga tubuh agar selalu produktif dan elastis.
4. Menciptakan hati (liver) yang sehat. Hal ini karena zat yang ada di dalam teh hijau yang mampu membuang racun yang ada di dalam tubuh. Hal ini tentu saja menguntungkan hati (liver) sebagai tempat yang bisa mendetoksifikasi racun tubuh.
5. Menurunkan berat badan. Hal ini karena teh hijau mampu meningkatkan metabolisme tubuh agar selalu optimal. Dengan begitu, lemak yang ada di dalam tubuh akan terbakar dan tidak sempat tertimbun.
6. Pelancar pencernaan. Hal ini karena teh hijau merupakan perangsang proses pencernaan. Di sini, teh hijau akan mengurangi pembentukan gas dan mengobati peradangan yang terjadi di dalam usus. Dengan begitu, sistem pencernaan menjadi lancar.
7. Pencegah diabetes. Hal ini jelas karena teh hijau akan membakar semua bentuk gula yang ada di dalam tubuh menjadi energi tanpa membiarkannya berlama-lama dalam bentuk glukosa. Dengan begitu, kadar glukosa darah tidak akan sempat naik dan tetap stabil.
8. Mencegah arthritis. Hal ini karena teh hijau berhubungan dengan pencegahan peradangan jaringan kartilago yang biasanya berhubungan dengan penyakit arthtritis.
9. Meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Hal ini karena teh hijau mampu mengurangi dan mencegah penyakit flu, bahkan hingga penyakit kelamin. Penelitian membuktikan juga bahwa teh hijau mampu mengurangi proses penuaan. Dan ini artinya kita mempunyai kesempatan untuk hidup lebih lama.
10. Mencegah penyakit Alzheimer dan Parkinson. Hal ini terkait dengan kemampuannya sebagai zat yang mampu membuat awet muda.
11. Mencegah pembentukan plak gigi dan jerawat akibat bakteri. Hal ini terkait dengan kemampuannya sebagai zat antiperadangan akibat bakteri.
Itulah beberapa di antaranya manfaat teh hijau untuk kesehatan. Mengonsumsi teh hijau secara teratur akan membuat manfaat-manfaat tersebut semakin efektif.

Diet Wanita untuk Anak Cerdas

Wanita mana yang tidak ingin tampil menarik dan langsing? Dan mempunyai anak yang cerdas? Wahhh semuanya mau dong ya.. kita sebagai wanita ditakdirkan untuk mempunyai keturunan..inginnya tentu keturunan yang “sempurna”.

the new you
Untuk itulah sebagai wanita harus sering update ilmu.  Salah satu ilmu berikut adalah tips diet untuk wanita calon ibu.
1. Dilarang diet saat hamil
Wanita harusnya diet saat sebelum dan sesudah hamil saja. Karena diet saat hamil dapat beresiko mengakibatkan janin kekurangan gizi tertentu sehingga mengalami cacat fisik atau mental. Disaat hamil biasanya dokter menganjurkan anda untuk konsumsi obat tambahan untuk menambah vitamin dan mineral yang lengkap, dan kandungan asam folat yang cukup.
2. Jika gemuk wajib diet sebelum hamil
Diantara semua metode diet, sebenarnya yang disarankan WHO hanya satu, yaitu diet RENDAH KALORI. Sekarang ini banyak sekali pilihan produk makanan atau minuman tambahan yang dapat menggantikan makan, tugas kita memilih produk yang terbaik dan terpercaya tentunya, misalnya produk nutrishake dari oriflame kandungan gizi alami dan seimbang dengan nilai energi total persajian sama dengan 70 kkal (kebutuhan perhari kurang lebih 2000kkal)
3. Menyusui agar anak cerdas dan ibu cepat langsing kembali
Cadangan lemak di dalam tubuh dapat diubah secara otomatis menjadi energi dengan cara menyusui si buah hati. Saat menyusui, ibu membutuhkan tambahan kalori sebesar 700-800 kalori (jadi total 2700-2800kkal perhari) perlu diingat kualitas makanan jauh lebih penting daripada kuantitas makanan itu sendiri. Konsumsilah juga  makanan yang mengandung zat perangsang air susu ibu, vitamin dan kalsium untuk tulang ibu dan si buah hati.
4. Mulai diet setelah melahirkan 4-6 bulan
Ini disaat si buah hati sudah mulai mendapatkan makanan tambahan selain air susu ibu atau biasa disebut mpasi (makanan pendamping asi)
namun hati-hati ya..bijaklah dalam memilih metode diet, seperti yang sudah dijelaskan tadi diet terbaik hanya dengan rendah kalori. Hindari mengkonsumsi obat-obatan yang mengandung penekan nafsu makan, atau pelarut lemak karena menimbulkan resiko kepada si buah hati anda. Dan konsumsi vitamin , kalsium untuk penunjang tulang ibu dan anak harus tetap dilakukan.

Dampak dari Imunisasi yang Tidak Lengkap

Apa bahayanya jika Anak Anda tidak dikasih Imunisasi yang Lengkap? Pertanyaan ini biasanya terngiang hampir di semua Orang Tua yang baru saja memiliki seorang Bayi. Ya, pemberian Imunisasi pada seorang Bayi sangatlah penting termasuk ketepatan waktu dan berbagai macam jenisnya. Nah sayangnya banyak Orang Tua yang cukup teledor untuk memberikan Anaknya Imunisasi, seperti hanya memberikan beberapa Imunisasi yang penting saja. Padahal jika mereka tahu bahayanya, mungkin mereka akan berpikir dua kali untuk melakukan hal tersebut.
Sebenarnya mengapa banyak Orang Tua yang teledor melakukan Imunisasi? Anda tahu sendiri, Jaman Modern sekarang setiap orang dituntut untuk bisa bekerja keras agar bisa mendapatkan uang yang banyak serta kenaikan pangkat dalam waktu yang cepat. Akibatnya, banyak para Orang Tua yang kemudian menjadi Workaholic dan lebih mementingkan pekerjaannya dibandingkan Program Imunisasi sang Anak. Ya, mereka menganggap Imunisasi itu bisa dilakukan kapan saja dan hanya beberapa yang penting. Nah, tahukah Anda… pendapat mereka salah besar.
Program Imunisasi tidak boleh dilakukan sembarangan dan harus sesuai jadwal lahir dan usia dari sang Bayi, karena pemberian Imunisasi yang terlambat bisa dikatakan hampir percuma karena biasanya sang penyakit sudah “ngendon” duluan di dalam tubuh sang Bayi. Nah agar Anda para calon Orang Tua tidak kecolongan dalam hal Imunisasi Anak, maka Anda perlu tahu Bahayanya jika Anak Anda tidak dikasih Imunisasi yang Lengkap, yaitu :
1. Penyakit Akan Mudah Menyerang
Tentu saja, jika Anak Anda hanya mendapatkan Imunisasi yang seperlunya seperti DTP dan juga Hib, bukan berarti Anak Anda akan kebal terhadap penyakit menular secara umum. Penyakit berbahaya seperti Hepatitis A, Hepatitis B, Campak, dan bahkan juga Polio akan sangat mudah dan beresiko menyerang Anak Anda. Dengan kata lain untuk urusan penyakit di atas kekebalan Anak Anda sama dengan kekebalan Anak yang tidak di Imunisasi. Nah apakah Anda mau jika buah hati Anda hanya memiliki kekebalan yang seperlunya saja?
2. Mudah Tertular Orang yang Sakit
Sudah pasti Anak Anda akan mudah terserang Penyakit Berbahaya yang menular seperti Polio apabila di tubuh Anak Anda tidak ada system pertahanan yang menjaganya dengan penuh. Tidak perduli itu datang dari Bakteri itu sendiri ataupun bahkan dari hasil penularan yang dilakukan oleh orang lain. Misalkan Anak Anda sudah di Imunisasi dengan polio-0 saat lahir tapi kemudian sejak saat itu Anak Anda tidak pernah lagi di Imunisasi Polio.
Hasilnya Vaksin Polio tersebut hanya melindungi seadanya dan hanya dalam waktu yang singkat saja, setelah itu Anak Anda benar-benar tanpa perlindungan apapun untuk mencegah Penyakit Polio datang padanya. Dan inilah yang menyebabkan sang Anak akhirnya terserang Polio kendati sebelumnya sudah divaksin.
3. Ada Efek Samping
Vaksin sengaja diberikan secara bertahap karena mengikuti kemampuan dari Bayi Anda untuk menerima Vaksin tersebut. Nah ada beberapa Vaksin awal yang sifatnya adalah aman untuk jangka waktu tertentu setelah itu akan menimbulkan efek samping. Karena itu ada bentuk Vaksin-2, Vaksin-3, Vaksin-4 dan seterusnya, karena selain memperpanjang usia Vaksin juga berguna untuk menghilangkan efek samping dari Vaksin yang ada sebelumnya. Dan ini adalah salah satu Bahayanya jika Anak Anda tidak dikasih Imunisasi yang Lengkap, yang sering kali tidak ketahui oleh para Orang Tua.

Jenis-jenis Imunisasi yang harus Anda Ketahui beserta Khasiatnya

Memberikan Imunisasi pada Bayi dan Anak Anda adalah hal yang sangat penting. Ya, pemberian kekebalan tubuh ini akan mendukungnya untuk tumbuh dewasa menjadi Anak yang sehat dan produktif. Jika membahas tentang Imunisasi maka akan cukup banyak jenis Vaksin yang harus Anda pahami mulai Vaksin Tuberkulosis, Tetanus, Hepatitis sampai dengan Polio. Nah kali ini Anda akan belajar tentang Jenis-jenis Imunisasi yang harus Anda ketahui beserta Khasiatnya.
1. Imunisasi BCG
Jenis Imunisasi ini digunakan untuk memberikan ketahanan atau kekebalan pada tubuh sang Anak dari Penyakit Tuberkulosis (TBC) yang berupa Virus Tubercle Bacilli yang berada dalam darah. Vaksin BCG ini diberikan 1 kali sebelum Anak memasuki usia 2 bulan. BCG sendiri singkatan dari Bacillus Calmette Guerrin dan Vaksin ini berisi BCG hidup yang dilemahkan sekitar 50.000 – 1.000.000 partikel / dosis, jadi tidak berbahaya bagi tubuh.
2. Imunisasi DTP
Imunisasi jenis ini berisi 3 Vaksin yang berfungsi untuk melindungi sang Anak dari penyakit Difteri, Tetanus dan juga Pertusis. Difteri sendiri adalah berupa infeksi bakteri yang menyerang tenggorokan yang bisa menyebabkan permasalahan yang cukup serius. Tetanus berasal infeksi dari bakteri yang dapat menyebabkan bagian tubuh tertentu terasa kaku dan juga kejang-kejang. Sementara Pertusis disebabkan oleh infeksi bakteri yang menyerang daerah saluran pernafasan sehingga penderita biasanya mengalami batuk cukup parah dan nafas yang berbunyi tinggi.
3. Imunisasi Campak
Penyakit campak ini sering kali menyerang Anak-anak yang tumbuh menjadi remaja dan biasanya hanya menyerang sekali dalam seumur hidup. Meskipun begitu, Anda harus waspada karena penyakit ini sangat berbahaya dan bisa menyebabkan kematian. Vaksin campak ini baru bisa diberikan saat Anak berusia 9 bulan atau bahkan lebih.
4. Imunisasi Hib
Jenis Imunisasi ini akan memberikan Anak kekebalan terhadap infeksi Haemophilus influenza tipe B (Hib). Hib ini bisa menyebabkan berbagai permasalahan seperti Miningitis, dan juga infeksi pada tenggorokan yang cukup parah.
5. Imunisasi MMR
Jenis Imunisasi ini memberikan perlindungan bagi sang Anak dari penyakit-penyakit yang cukup berbahaya seperti Campak dan Gondongan. Penyakit Campak sendiri bisa menyebabkan sang Anak terkena demam, mata yang terus berair, batuk dan pilek tidak berhenti dan juga kulit yang terlihat beruam. Jika ini dibiarkan maka akan melangkah ke stadium lanjut dimana bisa menyebabkan infeksi pada telinga dan pembengkakan otak yang tentunya bisa menyebabkan kematian.
Sementara Gondongan sendiri bisa menyebabkan masalah fatal pada bagian buah zakar sehingga bisa menyebabkan kemandulan. Biasanya vaksin MMR ini disuntikkan sebanyak 2 kali. Vaksin ini biasanya diberikan pada Anak yang sudah memasuki usia 15 bulan, dan bisa menjadi pengganti dari Vaksin Campak. Sehingga setelah Vaksin MMR ini diberikan, maka Vaksin Campak sudah tidak perlu diberikan lagi kepada sang Anak.
6. Imunisasi Polio
Inilah salah satu Imunisasi Paling Penting dari Jenis-jenis Imunisasi yang harus Anda Ketahui beserta Khasiatnya. Penyakit yang satu ini sudah memakan korban yang cukup banyak dan bahkan saking banyaknya, Anda bisa melihat dengan jelas manakah orang yang terkena Polio. Penyakit Polio ini bisa menyebabkan kelumpuhan seluruh anggota badan dan ini adalah penyakit yang berbahaya. Vaksin Polio biasanya diberikan ketika Bayi yang baru lahir, berikutnya diberikan lagi saat Bayi berumur 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan, 15 bulan dan 5 tahun.

Migrain Pada Anak-Anak

Migrain pada anak-anak? Mana Mungkin!
Itu biasanya reaksi para orang dewasa. Namun tahukah Anda bahwa migrain pada anak-anak adalah sebuah fakta yang sangat mungkin terjadi. Banyak orang dewasa, termasuk para orang tua mengabaikan sakit kepala yang dialami oleh anak-anak sebagai pusing biasa saja. Tapi sebaiknya mulai saat ini, perhatikan keluhan anak bila mengalami sakit kepala karena bisa jadi itu migrain.
Klasifikasi migrain pada anak tergantung dari gejala yang diperlihatkan. Hal yang paling umum disebabkan oleh tegang syaraf yang disertai rasa mual, kunang-kunang, kepekaan terhadap cahaya, sakit kepala serta juga disertai sakit kepala. Migrain pada anak-anak diperlihatkan melalui muntah yang seringkali terjadi secara periodik baik disertai sakit kepala maupun tidak.
Migrain pada anak-anak dan remaja terjadi pada usia antara 5 dan 15 tahun, bahkan lebih muda dan migrain dapat terjadi pada anak laki-laki maupun perempuan.
Beberapa studi menunjukkan bahwa migrain adalah penyakit yang diturunkan. Jika orang tua memiliki penyakit migrain pada awalnya, sangat mungkin bahwa anak mereka akan mengalami hal serupa. Namun, migrain pada anak-anak mungkin berbeda dari orang tua dalam hal gejala dan pengobatan yang tepat. Meskipun demikian, pada ahli dan dokter spesialis belum menemukan asal usul migrain.

Pemicu Migrain Pada Anak-Anak

Seperti halnya migrain pada orang dewasa, migrain pada anak-anak juga disebabkan oleh beberapa faktor seperti stress. Faktor pemicu lain yaitu gangguan kepribadian, kebiasaan makan, infeksi sinus, masalah mata dan dampak kebiasaan gaya hidup orang dewasa seperti paparan asap rokok. Makanan pun bisa menjadi pemicu migrain, seperti: Keju, cokelat, kedelai, kacang, ragi, kismis, jamur, alpukat, pisang, dan kafein.
Beberapa orang tua menyalahkan kegiatan sekolah yang berat mengakibatkan anak mereka menderita migrain seperti banyak PR, les, ekstrakulikuler, dan kegiatan sekolah lainnya dari pagi hingga sore. Memang bisa saja itu terjadi, namun orang tua harus juga menyadari bahwa anak harus belajar manajemen waktu dan tanggung jawab sebagai bekal saat dewasa nanti. Untuk itu diperlukan pengawasan yang tepat guna menangani hal ini.
Orang tua dan orang dewasa lain di sekitar anak yang menderita migrain harus menyadari pemicu ini untuk meminimalkan frekuensi terjadinya migrain.

Penanganan Migrain Pada Anak

Migrain pada anak harus ditangani dengan benar. Jangan memberikan obat yang biasa digunakan orang dewasa saat migrain kepada anak-anak. Karena efek samping yang mungkin timbul dapat saja terjadi bahkan dalam dosis kecil. Untuk itu, hubungilah dokter untuk menganalisa dan memberikan obat yang tepat. Pengobatan khas rumah seperti kompres bisa digunakan untuk pertolongan pertama.

Gangguan Saraf Pada Bayi

Saraf pada manusia berkembang sejak janin di dalam kandungan. Perkembangan otak sangat pesat pada saat janin berusia 6 minggu sampai dengan usia 5 tahun di luar kandungan. Oleh karena itu pada masa tersebut dikenal dengan istilah Golden Age – masa keemasan. Jika pada masa itu bayi mengalami gangguan saraf, maka perkembangannya dapat mengalami kendala atau gangguan yang berdampak ketika ia dewasa. Berbagai gangguan saraf yang dapat terjadi pada bayi antara lain adalah :
  1. Hidrocephalus.
    Gangguan ini dapat terjadi pada mulai saat bayi masih berada di dalam kandungan disebabkan oleh parasit. Parasit yang menginfeksi pada umumnya terkandung di dalam tubuh ibu yang sedang mengandung. Parasit penyebabnya antara lain adalah TORCH (Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus dan Herpes simplex Virus). Hidrocephalus berupa pembesaran pada rongga kepala dan berisi cairan. Hidrocephalus menyebabkan [erkembangan sistem koordinasi bayi menjadi terhambat.
  2. Kerusakan tabung saraf
    Kerusakan tabung saraf terjadi saat awal kehamilan. Pada kondisi ini bayi pada umumnya dilahirkan dalam kondisi meninggal atau mengalami keguguran. Namun bagi bayi yang lahir hidup dapat mengalami cacat saraf permanen dan bahkan usianya tidak lama.
  3. Serebral Palsi
    Gangguan saraf pada bayi lainnya adalah Serebral Palsi atau kelumpuhan otak. Siapa orang tua yang menginginkan bayinya mengalami kelumpuhan otak? pasti tidak ada. Kelumpuhan otak ini dapat berakibat bayi tidak dapat melakukan aktivitas layaknya yang dapat dilakukan oleh bayi normal. Bayi mengalami perkembangan yang sangat lambat bahkan sebagian besar bayi terlambat berbicara dan sulit melakukan gerak motorik. Ciri umum kelumpuhan otak sudah nampak sejak usia bayi 3 – 6 bulan dengan gejala perkembangan yang terhambat serta menghilangnya beberapa kemampuan bayi seperti merangkak, duduk dan aktivitas motorik kasar lainnya.
  4. Autisme.Gangguan sistem saraf yang sering dijumpai sebenarnya merupakan gangguan pada sel purkinje. Gangguan ini bersifat genetik yaitu terjadi pembesaran otak secara abnormal. Anak yang menderita autisme cenderung mengalami tingkah laku tidak wajar seperti takut yang berlebih terhadap sesuatu hal, tidak memiliki fokus ataupun konsentrasi pada lingkungan sekitar, sering mengulang aktivitas dan tingkah laku menyimpang lainnya. Autisme juga tidak sedikit diikuti yang diikuti dengan gejala hiperaktivitas. Gangguan saraf pada bayi ini dapat diberikan terapi namun membutuhkan waktu yang tidak sedikit serta biaya yang cukup besar.
Keempat penyakit di atas merupakan gangguan saraf pada bayi yang sering terjadi. Untuk itu, para ibu hendaknya memperhatikan perkembangan bayi sejak dalam kandungan dengan cermat, sehingga apabila diketahui ada kelainan ataupun penyakit seperti gangguan saraf pada bayinya, dapat segera diketahui dan ditindaklanjuti.